Pengetahuan tidaklah cukup, kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup, kita harus melakukannya

Saturday, September 14, 2019

TIGA SISI NAFSU DALAM ALQUR'AN

No comments



Apasih Itu Nafsu? Berikut Penjelasannya!


PENGERTIAN NAFSU


Nafsu adalah sesuatu yang ada dalam diri, tapi sulit dimengerti dengan pasti. Nafsu dalam diri manusia memiliki tiga sisi, yakni nafsu ammarah, nafsu lawwamah, dan nafsu muthmainnah. Di satu sisi ia memiliki cela, namun disisi lain ia menjadi terpuji. Tercela dan terpuji nafsu ini dicerminkan pada akhlak manusia dalam keseharian. Kebaikan yang disebar adalah dorongan sang nafsu muthmainnah, sedang keburukan yang diperlihatkan adalah nafsu lawwamah dan nafsu ammarah.
Dalam al-Quran, Allah menyebutkan nafsu dengan 3 sifat, yang ketiganya kembali kepada keadaan masing-masing nafsu.


1. Nafsu muthmainnah 


Nafsu muthmainnah membawa manusia pada jalan menuju ridha-Nya. Ia tak dirasa nikmat saat awal mula dilakukan, namun di akhir ia membawa pada kenikmatan yang abadi. Tak semua orang senang pada nafsu ini, karena diperbanyaknya ilusi oleh para setan yang menjadikannya tempat berat. Namun, ketika hati telah merasa terkait pada-Nya, segala tipu daya tidaklah akan mengubah pendirian yang didorong pada nafsu muthmainnah ini.


Itulah jiwa yang tenang karena iman, amal soleh, dan ketaatan kepada Rabnya.

Allah berfirman,


(yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. ar-Ra’du: 28)

Allah juga berfirman,


“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.” (QS. al-Fajr: 27-28).


2. Nafsu lawwamah 


Kata laama – yaluumu [لام – يلوم] secara bahasa artinya mencela. Laaim [لائم] artinya orang yang mencela. Jika dia suka mencela disebut lawwam [لوّام].


Disebut nafsu lawwamah karena nafsu ini sering mencela orangnya disebabkan ia telah melakukan kesalahan, baik dosa besar, dosa kecil, atau meninggalkan perintah, baik yang sifatnya wajib atau anjuran.


Nafsu lawwamah ialah nafsu yang terletak di antara keduanya. Terkadang ia condong pada berbuat baik, namun di lain kesempatan ia condong pada perbuatan buruk. Ia tak menyenangi keburukan, meski terkadang ia masih mengerjakan. Tetapi terkadang ia tak senang dengan kebaikan, meski ia punya kecenderungan padanya. Nafsu ini perlu di didik agar mampu menempuh pembersihan jiwa sampai menuju pada nafsu muthmainnah.



3. Nafsu ammarah bis su’u 


Itulah nafsu yang selalu mengajak pemiliknya untuk berbuat dosa, melakukan yang haram dan memotivasi pemiliknya untuk melakukan perbuatan hina.


Nafsu ammarah membawa manusia pada kesengsaraan, meski di awal ia memberi kenikmatan. Tipu daya nafsu lawwamah ini menyamankan pada sebab, namun menyengsarakan pada akibat. Sebagaimana orang bijak banyak bertutur, salah itu pada mulanya terasa nikmat, namun diakhir ia membawa pada laknat.


Allah sebutkan jenis nafsu ini dalam surat Yusuf,

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf: 53).


Tiga keadaan di atas, tergantung dari suasana jiwa. Artinya, jiwa manusia bisa menjadi muthmainnah, dalam sekejap dia juga bisa berubah menjadi lawwamah, dan juga bisa langsung berubah menjadi ammarah bis suu’.


Ketiga sisi nafsu ini terdapat dalam diri manusia. Saling bertarung dalam gejolak antara akal dan hawa. Akal yang jernih membawa pada nikmatnya dorongan nafsu muthmainnah Sedangkan hawa yang tak terkendali menjerumuskan pada jurang kesesatan.


Sudah sepatutnya kita bercermin diri, disisi manakah diri ini merasa nyaman. Jika nyaman pada nafsu muthmainnah, menetap dan berharaplah pada ridha-Nya. Namun, jika ternyata kenyamanan nafsu lawwamah menghinggapi, apalagi bila terjebak dalam nafsu ammarah, berjuanglah untuk meninggalkannya.


Tak terbilang kebaikan yang diterima nafsu muthmainnah. Kebaikan ini memancar dari cahaya-Nya. Sekiranya kita telah menjadi nafsu muthmainnah, berbahagialah. Nafsu muthmainnah inilah yang akan dipanggil dengan keridhaan dari-Nya. Allah memanggil dengan penuh kasih sayang, dan mempersilahkan memasuki golongan hamba-Nya. Hingga pada akhirnya, kita akan meniti tangga menuju syurga yang dinaungi keridhaan-Nya.




“Nafsu itu untuk dikendalikan, agar dapat menjadi nafsu muthmainnah, bukan menjadi nafsu lawwamah”


Sumber Gambar : pelanginada.com

No comments :

Post a Comment