Setiap kehidupan manusia pasti sudah berada dalam ketetapan takdir Allah. Sekalipun kita harus menghadapi dengan kesedihan, kesulitan, ataupun kesusahan. Perjalanan kehidupan manusia tidaklah selalu sesuai dengan harapan, terkadang seorang manusia harus melewati beberapa waktu dimana hari-harinya penuh dengan warna kadang merasakan gembira namun sewaktu-waktu akan merasakan sedih, duka dan nestapa.
Tidak selamanya takdir yang ditetapkan Allah itu dapat dirasakan sebagai suatu kenikmatan. Kita sering kali merasakan ketidaknyamanan ketika berhadapan dengan masalah. Bila kita tak mampu menerima, bisa menjadi bahaya.
Menolak takdir yang diberikan itu akan mendatangkan kegelisahan. Ia akan membawa pada frustasi karena tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Padahal, bila kita mau menafakuri, takdir yang telah ditetapkan dan terjadi pada kita itu pastilah yang terbaik.
Di antara kesedihan yang banyak menimpa manusia adalah kondisi dimana seseorang mendapatkan sesuatu yang tidak diharapkannya. Banyak orang yang berusaha menggapai sesuatu yang kelihatannya baik, ia mati-matian mendapatkannya dan mengorbankan apapun yang ia miliki demi terwujudnya impian itu. Tetapi tanpa disadari hal itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
firman Allah:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Ayat ini merupakan kaidah yang agung, kaidah yang memiliki hubungan erat dengan salah satu prinsip keimanan, yaitu iman kepada qadha dan qadar.
Segala sesuatu yang terjadi pada seorang muslim dan hal tersebut tidak sesuai dari apa yang diharapkannya adalah salah satu bentuk kasih sayang-Nya. Ujian itu hadir dengan tujuan menuntut mereka menuju kesempurnaan diri dan kesempurnaan kenikmatan-Nya. Jangan buru-buru mencela musibah yang Allah berikan, yakinlah ketetapan Allah adalah yang terbaik.
Allah juga berfirman:
“Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’: 19).
Hendaknya dia juga mengingat bahwa di antara kelembutan Allah ta’ala pada hamba-Nya adalah:
“Dia menakdirkan berbagai macam musibah, cobaan hidup, serta ujian berupa perintah dan larangan yang berat dijalankan oleh hamba-Nya, sebagai bentuk kasih sayang dan kelembutan pada mereka, serta untuk menuntun mereka pada kesempurnaan diri dan agar limpahan nikmat tercurah secara sempurna kepada mereka. “ [Tafsir Asma al-Husna hlm. 74].
Maka kewajiban seorang hamba adalah untuk senantiasa yakin, ridha, sabar menghadapi semua ketentuan yang Allah berikan kepada dia. Bukan berarti dia tidak berusaha. Beriman kepada takdir justru mengharuskan kita untuk usaha. Ikhtiar tidak boleh berhenti sekalipun keadaan itu sulit.
Cara Ikhlas menerima takdir yaitu dengan sabar Memang ucapan sabar itu mudah, semua orang mampu mengucapkan kata sabar. Tapi yang sulit itu adalah dalam mengaplikasikan kesabaran dalam kehidupan kita. Bolehlah kita berbicara tentang kesabaran, bolehlah orang memberikan nasihat tentang kesabaran.
Tapi orang yang berbicara tentang kesabaran, orang yang memberikan nasihat tentang kesabaran, ketika ia ditimpa musibah pun belum tentu bisa sabar. Memang betapa manisnya ucapan sabar dan betapa pahit dan getirnya disaat kita bersabar. Namun hasilnya ternyata sesuatu yang luar biasa dan ajaib. Selain sabar Cara ikhlas menerima takdir yaitu ridha dengan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Supaya dengan ridha itu sempurna pahala yang ia dapatkan. Ada orang yang sabar menghadapi ketentuan, dia diberikan pahala yang sempurna. Kalau dia bukan hanya sabar, tapi ridha dengan ketentuan itu, maka ini lebih sempurna lagi pahala yang Allah berikan kepadanya.
Ketentuan Allah itu pasti baik. Jikalau itu pahit, itu hanya kita tidak tahu apa yang akan terjadi setelah kejadian yang pahit itu. Obat itu kebanyakan pahit, namun kesudahannya adalah kesembuhan. Kegagalan itu pahit, tetapi kesudahannya adalah kesempatan untuk bangkit. Takdir dari Allah lah yang mengantarkan kepada tempat baru yang terbaik.
Sumber Bacaan :
Buku Nasihat Untuk Kita Oleh Farhan Abdul Majiid
muslim.or.id
ayobelajartauhid.wordpress.com
www.radiorodja.com
Sumber Gambar :
Humairoh.com
Humairoh.com
No comments :
Post a Comment